
- Oleh Adhi Susilo, disampaikan 5 Okt 2006 pada http://groups.yahoo.com/group/dzikrullah/message/1915
Konon ada “prosedur“ untuk mencapai ma’rifat yang disarankan para ahli tasauf, yaitu urutan-urutan syariat, tarekat, hakekat dan ma’rifat.
Tapi mungkin betul juga kata sufi ini. Buktinya saya pribadi. Walaupun sering baca Qur’an/Hadist dan belajar agama sejak di SD, mengikuti pengajian-pengajian, tetap juga ”hati” saya belum banyak berubah.
”Pengamalan tarekat secara praktisnya sebenarnya hanyalah dzikir”, kata seorang sufi. Simple bukan? That’s all. Karena simplenya ini, maka berbagai buku tasauf yang ”tebal-tebal” saya ”buang jauh-jauh”, mulailah saya belajar berdzikir.
Setelah belasan tahun berdzikir, saya menemukan jawaban pertanyaan krusial diatas yang akan saya uraikan agak panjang sbb. Saya yakin di antara anda juga mempunyai pendapat yang lain. Satu hal bahwa, setelah berdzikir cukup lama, paling tidak semoga ”uraian ini datangnya berasal dari pencerahan Allah”.
Paling tidak, bagi anda yang mampu ”menyadarinya”, tidak perlu ”capek-capek” duduk berdzikir..... Kan anda lebih untung, lebih enak...he...he...
Ingatkah ketika kita berhaji? Sungguh nikmat, bahagia, khusyu’ dan rasanya doa terkabul, dosa diampuni dll...dll.. Begitu melakukan kebaikan, langsung saja Allah balas KONTAN. Melakukan ”maksiat” (bertengkar, berpikir negatif dll) Allah balas kontan juga...
Pertanyaan lagi:”Mengapa ketika kita kembali ke tanah air, ’kejadian’ di Mekkah ini ”TIDAK TERJADI” lagi?
Kalau kita sedikit berpikir, ada jawaban seperti ini :” Ya, jelas aja... Mekkah adalah tempat yang Allah sucikan...”
Kita lanjut pada uraian saya berikut ini......
Saya tanya: ”Menurut anda, Qur’an itu milik siapa sih?”
”Apa tanda atau bukti kalau memang benar-benar milik manusia dan termasuk saya dan anda”
”Baik, mari kita buka mata, buka hati, dan kita sedikit telaah pelan-pelan.
Qur’an bukan hanya sekedar teori yang berupa beberapa jilid kertas, bukan lagi cerita, tetapi sudah menjadi realita dalam kehidupan seseorang.
Kalau hanya cerita, knowledge, apa beda orang muslim dan non-muslim yang sama membaca Qur’an hayooooo.....Apa bukti atau tanda kalau Rasulullah adalah rahmatan lil ’alamin dengan Qur’an dan Hadistnya?
Misalnya dikatakan di Qur’an kalau dikatakan berbuat kebaikan, maka akan ada balasan kebaikan dan pahala. Kalau melakukan maksiat/kejahatan ada azab. Dan sebagainya. Inilah indikasi bahwa Rasul adalah ’on Allah track’, dalam ’jalur’ Allah.
Seketika rekan saya tadi terdiam..... Teringat selama ini ”azab” sangat jarang Allah turunkan, padahal bisnis rekan ini cukup banyak maksiatnya.
Alangkah sia-sianya usaha mendekat Tuhan selama ini..... Jalan di jalur IBLIS!
Mujahadah & istikhomah haruslah kita tingkatkan bila kita mau serius menuju jalan Tuhan. Kita bersihkan nafs kita sehingga ketika kita pulang nanti Allah berseru dalam Al Fajr 27-30, ayat tersebut VALID bagi kita:
”Jadi, para pejabat kita, pengusaha, direksi perusahaan, dan bahkan orang-orang Depag yang ketahuan me-nilep uang yang seharusnya milik umat itu, dan bahkan para menteri yang korup itu tidak dalam jalur Allah, tapi di jalur Iblis?”, tanya rekan saya ini.
”Ya, kalau kita ikuti yang tadi kita bicarakan, anda bisa ambil kesimpulan sendiri seperti itu kan?”, jawab saya.
”Ya, dunia ini adalah ’komputer’-nya Allah, semua serba pasti/eksak, tidak ada sesuatu yang kebetulan, semuanya mengikuti sunnatullah. Tidak ada yang terjadi tanpa sebab yang jelas. Allah maha teliti....Subhanallah.... Allahu Akbar.....”, kata saya menutup pembicaraan.
Menurut saya, apabila kita melakukan ”maksiat”, tidaklah cukup hanya dengan taubatan nasuha saja, tetapi harus ditambah kebaikan (energi positif lain) serta pembersihan jiwa - tadzkiyyatun nafs. (Caranya gimana ya?)
”Setiap sesuatu ada pembersihnya, dan pembersih nafs adalah dzikrullah”, sabda Rasulullah suatu ketika.
Konon, saat itu turunlah Jibril kepada Rasulullah, dia berkata:
Ingat disini berarti juga dzikir menyebut nama Allah, nanti kalau dzikir kita tepat dan sampai di hadirat Allah, maka Allah akan kembali berdzikir kepada kita.
Ayat ini sangat fokus, yaitu dimulai dengan dzikir kita dulu, baru Allah berdzikir kepada kita, mudah bukan?
Benarlah kata seorang sufi :”Engkau dzikir banyak-banyak sajalah, Allah akan memberikan jalan dan rahmat kepadamu”.
Kata-kata sufi yang mukhlisin bukan sekedar kata-kata biasa, tetapi penuh dengan kebenaran dan hikmah. Seorang sufi yang kamil, pasti mengeluarkan kata-kata yang VALID bagi dirinya. Sayapun baru tahu hal ini setelah seorang sufi mengatakannya puluhan tahun yang lalu, bahwa kita harus banyak-banyak berdzikir. Ilmu hakekat akan sulit kita dapatkan kalau kita tidak banyak-banyak melaksanakan dzikrullah. Semoga kita dipertemukan kepada sufi yang demikian……..
Pembaca, maafkan saya kalau ada kata-kata yang kurang tepat....
WasWW,